Jadi pada saat pemilu yg berada di kawasan perumahan pemda kampung kemah raya, kendari jadi sepi sekali. Papa ke kolaka, ngurus pemilu di sana, kebutulan juga papaku caleg untuk daerah tersebut. Kakaku jadi pengawas pemilu di UNFREL kendari, mamaku jadi panitia pemilu lokal kawasan kemah raya. Adik dan pembantuku, disuruh bantuin mama mengurus konsumsi. Otomatis yg jaga rumah, aq dengan sepupuku yg bernama, Redi. Aq belum ikut memilih, belum cukup umur, baru 16 thn. Aq dengan Redi dangat akrab, habisnya dia ikut dengan keluargaku sejak masih kelas 1 sd, dan selalu menjadi teman mainku.
Senin itu, 7 Juni 2004, badanku pegal sekali, selesai ngepel dan membersihkan rumah. Dan seperti biasa aq kepingin dipijitin. Biasanya sih oleh ibu, dan Redi juga, habis dari kecil aq sudah biasa menyuruh dia. Karena agak pegal, aq panggil saja Redi untuk mijitin, Redi nurut saja. Aq langsung berbaring telungkup di karpet depan TV, dan Redi mulai memijit tubuhku. Asyik juga dipijit oleh Redi, tangannya keras sekali, punggungku jadi fresh lagi.
“Duh, Redi…, mijitnya yg lurus dong, jangan miring kiri miring kanan..”, kataku.
“Abis, posisinya nggak bagus kak”, jawabnya.
“Kamu dudukin aja paha Kak Selvi, seperti biasa…”.
“Tapi…, kak..”.
“Alah.., nggak usah tapi…, biasanya kan juga begitu…, ayo..”, Aq tarik tangan Redi memaksanya untuk duduk di pahaku, seperti kalau dia memijitku pada waktu-waktu kemarin.
Redi akhirnya mau, duduk dan menjadikan kedua pahaku dekat pantat sebagai bangkunya, dan mulai lagi ia memijit sekujur punggungku. Tapi, pijitan agak lain, makin lama makin aq rasakan tangannya agak gemetaran dan nafasnya agak ngos-ngosan.
AGENT BETTING ONLINE TERBAIK DAN TERPERCAYA WWW.OKE77.COM
“Kamu kenapa Redi, capek atau sakit..?”, tanyaku.
“Tdk, tdk apa-apa kak”, jawabnya.
Akan tetapi duduknya mulai tdk karuan, geser kiri dan kanan, sementara pantatnya seperti tdk mau dirapatkan di pahaku, agak terangkat.
Akhirnya, aq menyuruhnya pindah, dan aq bangun, lalu duduk mendekati, biasa bermaksud menggoda.
“Ayo.., kamu kenapa, ini pantatmu, selalu diangkat.., tdk biasanya”, sambil tanganku bermaksud mencubit pantatnya.
“Tdk, tdk apa-apa kak..”, jawabnya sambil menghindari cubitanku, malah tanganku tersenggol celana bagian selangkangannya yg seperti agak tertarik kain celananya dan agak menonjol, melihat itu timbul rasa isengku, karena memang aq dan Redi kalau main seperti anak-anak yg masih TK, asal ngawur saja.
“Loh.., itu apa di celanamu Redi, kok nonjol begitu..” Mendengar itu Redi merah padam mukanya, lalu ia berdiri ingin lari menghindar dariku, tapi segera kutarik tangannya untuk duduk, dan tanganku yg satu menggeraygi celananya memegangi dan meraba benjolan tersebut.
“Jangan kak Selvi, Redi malu..”, katanya.
Dasar aq yg nakal, aq pelototin matanya, Redi langsung diam, dan tanganku leluasa memegang barang tersebut.
Penasaran, aq buka resliting celananya dan menarik keluar barangnya yg mengeras tersebut, dan astaga, ternyata k0ntol Redi sudah menegang. Baru kali ini aq melihat k0ntol milik orang yg bukan anak-anak dan sudah disunat yg tegang dan keras serta panjang seperti itu. Sementara Redi diam saja, kepalanya hanya menunduk, mungkin malu atau bagaimana aq tdk tahu.
Aq acuh saja, perlahan-lahan, kuelus-elus k0ntol Redi, semakin mengeras k0ntolnya hingga urat-uratnya seperti mau keluar. Kudengar Redi mendesah tertahan. Lalu kuurut-urut sambil kupijit kepala k0ntolnya yg merah itu, Redi makin mendesah,
“Ah.., ah..”
Kugenggam erat k0ntol Redi dan kukocok-kocok dengan perlahan, semakin lama semakin kencang. Badan Redi ikut menegang, sambil kepalanya terangkat ke atas menatap langit, mulutnya terbuka, dia mulai agak mengerang,
“Achh..”.
Semakin kencang k0ntol Redi kukocok, semakin menggeliat badan Redi membuat aq tersenyum geli melihatnya. Sampai erangan Redi makin mengeras,
“Ach.., achh..”. Dan badannya makin menggeliat, hingga mungkin tdk tahan…, ia lalu memelukku erat.
Mulanya aq kaget akan reaksinya, tapi aq biarkan saja, karena keasyikan mengocok k0ntol Redi. Rupanya Redi sudah semakin menggeliat, hingga tangannya entah sadar atau tdk ikut menggeliat juga, meraba badanku dan toketku.
“He Redi…, kenapa..” tegurku, sambil tetap mengocok k0ntol Rendi,
“Achh…, achh..” Hanya itu yg Redi bilang, sementara tangannya meremas-remas toketku, dan remasannya yg kuat membuatku merasakan sesuatu yg lain, hingga aq biarkan saja Redi meremas toketku, dan Redi lalu menyingkap baju kaos yg kupakai, hingga kelihatan BH-ku dan meremas toketku lagi hingga keluar dari BH-ku.
“Acchh…, accchh” erang Redi, aq mulai merasakan kenikmatan tersendiri pada saat toketku tdk terbungkus BH diremas oleh tangan Redi dengan kuat, sedangkan k0ntolnya tetap saja kukocok-kocok.
Dan entah naluri apa yg ada pada Redi, hingga dia nekat menyosor toketku dan mengisap putingnya seperti anak bayi yg sedang menyusu.
“Aduh…, Redi…, aduhh” Hanya itu yg mampu kuucapkan, toketku mulai mengeras, keduanya diisap secara bergantian oleh Redi.
Aq juga mulai menggeliat, kutarik kepala Redi dari toketku, lalu kudekatkan ke wajahku, kucium bibirnya dengan nafsu yg muncul secara tiba-tiba, Redi balas mencium, bibir kami berdua saling memagut, lidah bertemu lidah saling mengadu dan menjilati satu sama lain.
JUDI KARTU TERBAIK HANYA DI WWW.OMDOMINO.COM
Tangan Redi menggeraygi badanku, melepaskan baju dan BH-ku, hingga aku bugil sebatas dada. Kulepaskan juga baju yg dipakai Redi, dan kupelorotkan celananya, hingga Redi bugil tanpa sehelai benangpun, dan kembali kukocok k0ntolnya, sedangkan Redi kembali menyosor toketku yg sudah keras membukit.
Perlahan tangan Redi menelusuri rokku lalu menyelusup masuk ke dalam rokku,
“Acchh…, Accchh”, Aq dan Redi terus mengerang dan menggelinjang.
Tangan Redi menyelusup ke dalam CD-ku, lalu mengusap-ngusap memekku.
“Aduuuhh…, Redi..” erangku, sementara jarinya mulai ia masukkan ke dalam memekku yg mulai kurasakan basah, dan Redi mempermainkan jarinya di dalam memekku.
“Accchh…, aduuuhh…, acccchh..”. Tak tahan lagi, Redi menarik lepas rok dan celana dalamku, hingga akhirnya aq kini telanjang bulat.
Kemudian Redi mencium bibirku dan aq tetap mengocok k0ntolnya, sedangkan jarinya bermain dalam memekku.
“Accchh..” Hanya erangan tertahan karena tersumbat bibir Redi yg keluar dari mulutku.
Kemudian Redi berhenti menciumku, lalu ia mengambil posisi menindih badanku, aq membiarkan saja apa yg akan Redi lakukan, karena kenikmatan itu sudah mulai terasa mengaliri pembuluh darahku. Dan, tiba-tiba aq rasakan sakit yg teramat sangat di selangkanganku.
“aaccccchh, Redi.., apa yg kau lakukan..”, tanyaku.
Tapi terlambat, rupanya Redi sudah memasukkan batang k0ntolnya ke dalam memekku, dan seperti tdk mendengarkan pertanyaanku, Redi mulai mengoyang batang k0ntolnya naik turun dalam memekku yg semakin berlendir dan mulai terasa basah oleh aliran darah perawanku yg mengalir membasahi memekku.
“Accchh…, Redi…, aduuhh Redi..”, erangku.
Badanku semakin menggelinjang, kujepit badan Redi dengan kedua kakiku sementara tanganku memeluk erat dan menggoreskan kukuku di punggung Redi. Semakin kencang goyangan k0ntol Redi dan semakin keras pula erangan kami berdua.
“Accch…, aduhh..” Hingga akhirnya kurasakan sesuatu yg sangat nikmat yg terdorong dari dalam…, dan erangan panjangku dan Redi,
“aahh”. Bersamaan semprotan mani Redi dalam memekku dan semburan maniku yg menciptakan kenikmatan yg tak pernah kurasakan dan kubayangkan sebelumnya.
Redi menarik keluar k0ntolnya, lalu berbaring di sampingku. Kami berdua saling bertatapan, seperti ada penyesalan tentang apa yg telah terjadi, akan tetapi rupanya nafsu kami berdua lebih kuat lagi. Kuraih kembali dan kudekatkan wajahku ke wajah Redi, kami lalu berciuman lagi dan saling melumat, kemudian kupegang erat k0ntol Redi, sehingga kembali menegang dan kembali lagi kami melakukan hubungan badan tersebut hingga beberapa kali.
Hingga hari ini aq dan Redi, bila ada kesempatan masih mencuri waktu dan tempat untuk melakukan hubungan badan, karena mengejar kenikmatan yg tiada taranya, kadang di kamarku, di kamar Redi, ataupun di dalam kamar mandi.
0 Response to "Bercinta Dengan Sepupu"
Posting Komentar