dadanya yang cukup besar untuk ukuran anak SMU.
Ujian akhir sudah dekat dan gadis ini yang tergolong otaknya encer langsung mengikuti bimbingan belajar yang khusus dibuka saat Ujian Akhir Nasional tiba. Hasilnyapun tidak mengecewakan karena setelah pengumuman hasil ujian diberitakan, dia menempati urutan ke 15 dari SMU nya dan itu sudah tergolong sangat baik mengingat SMU tempat Nuri belajar adalah SMU favorit di kota M.
“Hai Nur. Gimana hasil ujian kamu? Pasti dapat peringkat yang tinggi yah?” Tanya seorang teman pria-nya.
Pemuda ini bertubuh kecil dan merupakan mantan dari Nuri, mereka pernah pacaran waktu masih SMP kelas dua dan putus setelah lulus SMP karena ketidak cocokan dan terang saja pemuda ini tersingkir karena di SMU yang baru, Nuri sudah menjadi kembang sekolah yang baru dan bahkan banyak kakak kelas yang rela berantem untuk memperebutkan cintanya. Gadis ini akhirnya menetapkan pilihannya pada seorang bernama Firza setelah gonta-ganti pacar hingga dikelas tiga SMU, adapun nama dari mantannya adalah Riko.
Nuri hanya tersenyum kecut setelah tahu pemuda yang menyapanya barusan adalah mantan kekasihnya.Memang dia sangat tidak suka dengan pemuda ini karena sekarang pemuda yang dulunya simpatik ini telah berubah menjadi seorang pemabuk yang tidak jelas masa depannya lagi, walaupun sebenarnya dia berasal dari keluarga yang berada.
Riko tertunduk menahan sakit hati dan malu ketika pertanyaannya tidak dijawb oleh Nuri dan bahkan gadis ini ngeloyor pergi tanpa peduli dengan perasaan temannya itu. Gadis cantik namun sedikit congkak walaupun dia punya alasan untuk itu.
Nuri berjalan mendekati kerumunan anak lelaki dan langsung menuju kesamping Firza, kekasihnya.
Beberapa teman pemuda itu bersiul-siul menggoda, Firza tahu kalau sebenarnya teman-temannya itu
selalu bermimpi bisa berpacaran dengan kekasihnya sekarang ini, mereka pasti memikirkan bagaimana bentuk tubuh gadis cantik itu saat telanjang. Segala pikiran kotor seolah dibenarkan dengan cara para anak lelaki itu menatap pantat, perut dan bahkan buah dada Nuri yang sudah tumbuh itu.
“Gimana rencana untuk perpisahan dengan teman-teman?” Tanya Nuri kepada Firza dan pemuda ini
memberikan kode kepada salah satu temannya untuk bicara.
“Jangan khawatir, semua sudah kita urus kok cantik. Kita bakalan ajak pacar kita masing-masing untuk bernostalgia sekaligus piknik di hutan wisata diluar kota.” Sahut salah seorang teman Firza yang bernama Fino.
Fino ini berbadan gemuk dan tidak begitu tinggi namun walaupun begitu dia adalah ank seorang pengusaha yang lumayan sukses di kota M.
“Kamu bisa ikut kan Nur?” Tanya Firza kepada gadis cantik itu.
Dan Nuri menjawabnya dengan anggukan gembira. Dia teringat dengan perkataan Firza bahwa dia akan mendapatkan kejutan pada acara perpisahan dengan teman-teman kumpulnya selama ini. Dia selalu menebak-nebak apa yang akan diberikan pemuda ini kepadanya.
Akhirnya hari yang ditentukan untuk acara perpisahan datang juga. Sabtu siang Firza, Nuri dan 3
pasang anak SMU yang lain berangkat untuk menuju keluar kota, kesebuah hutan wisata yang letaknya tidak begitu jauh dari batas kota M. dalam waktu kurang dari setengah jam mereka tiba di kawasan hutan lindung itu dan segera saja mereka menyusuri jalan kecil yang membelah hutan itu untuk menemukan lokasi yang sesuai untuk berkumpul. Akhirnya setelah beberapa saat mencari, Fino memberikan komando bahwa dia telah menemukan spot yang asyik untuk mereka berdelapan.
“Kok lewat jalan kecil?” Tanya Nuri ketika Firza melajukan sepeda motornya menembus rimbunnya hutan dengan sepeda motor Vega miliknya dan melewati jalan setapak yang belum diaspal, jalan ini lebih kecil dibandingkan dengan jalan utama yang membelah hutan yang barusan mereka lewati.
Firza memperlambat laju kendaraan bermotornya dan akhirnya berhenti ketika Fino dan temannya yang lain juga berhenti. Mereka telah tiba didaerah perbatasan antara hutan dengan perkebunan strawberry dan perkebunan kajuput (bahan pembuat minyak kayu putih). Dari kejauhan tampak sungai Bengawan Solo membelah kawasan hutan itu dan hanya di hubungkan dengan sebuah jembaan kecil yang hanya mampu dilewati satu sepeda motor secara bergantian saja.
Lokasi ini cukup datar dan semaknya sedikit dimana terdapat dua gazebo tua yang tak terawat yang
dulunya diperuntukkan sebagai lokasi peristirahatan wisata namun karena anggaran pemerintah kota tidak mencukupi maka proyek dihentikan sementara gazebo dan perlengkapan lainnya ditinggal begitu saja tanpa diurus sehingga sekarang terlihat tak terawat padahan gazebo itu cukup besar dan nyaman.
Di tiang-tiang gazebo ini terdapat coretan tangan-tangan jahil yang kebanyakan adalah anak sekolah
yang dulunya menggunakan tempat itu untuk indehoy bersama dengan pasangannya masing-masing. Tapi sepertinya Nuri belum paham dengan situasi tempat itu dan maih adem ayem saja.
“Disini yah Fir?” tanyanya lagi kepada kekasihnya dan Firza mengangguk lalu mengajak Nuri untuk
menuju kesebuah gazebo dan membersihkan kursi dari semen yang kotor akan daun-daunan itu sehingga mereka dapat duduk disana.
“Kamu cantik sekali hari ini sayang.” Perkataan manis itu meluncur begitu saja dari mulut Firza yang
sedetik kemudian dia merangkul Nuri dan memangkunya dipahanya.
Sementara Nuri tidak berusaha untuk melepaskan dekapan Firza dari belakang walaupun dalam hati dia malu tapi dia juga mau.
“Kita mau apa sih sebenarnya kemari? Nggak ada apa-apa disini sayang.” Ucap Nuri memecah kebuntuan pembicaraan antara mereka berdua.
Firza yang asyik membelai-belai rambut gadis cantik ini kemudian menjawabnya,
“Aku khan ingin berdua saja denganmu, lagipula nanti jika kamu memutuskan untuk kuliah, aku khan sudah susah untuk bertemu denganmu lagi karena ayahku tidak memiliki biaya untuk mengantarkan aku kejenjang mahasiswa. Lihat saja Fino dan Wahyu, mereka juga berperasaan sama denganku. Fino akan disuruh kuliah diluar kota sementara Wahyu sudah didaftarkan kesebuah institute terkenal di Jogja. Kita nggak akan ketemu lagi dalam waktu yang lama sayang. Aku cuman ingin untuk melepaskan waktu-waktu terakhir kita sebagai orang bebas. Kamu mau khan?” rajuk pemuda ini kepada Nuri dan gadis ini tersenyum lalu mengangguk.
Dalam hati Nuri, dia sangat yakin bahwa kekasihnya ini benar-benar mencintainya.
Hari mulai sore dan matahari mulai memerah pertanda akan segera tenggelam. Seolah tidak rela dengan kpergian sang mentari, Nuri memeluk kedua tangan Firza yang kali ini masih merangkulnya dari belakang. Seolah tahu kalau gadisnya itu masih ingin berdua saja dengannya, Firza menyuruh teman-temannya untuk pergi terlebih dahulu ketika mereka mengajak Firza dan Nuri untuk pulang. Sekarang tinggal berdua sendiri ditengan hutan wisata itu.
“Aku juga tidak ingin berpisah denganmu bidadariku.” Firza membisikkan kata-kata itu sembari
mendekatkan bibirnya kearaha telinga Nuri dan sedetik kemudian dia mengecup pipi dan leher Nuri lembut.
Gadis ini menoleh kebelakang untuk mengatakan sesuatu tetapi langsung dibungkam mulutnya dengan ciuman mesra dari Firza. Ciuman pertamanya dalam sejarah hidup seorang Nuri. Entah karena terbawa oleh situasi yang sejuk dan sepi, Nuri membalas ciuman Firza itu dengan tak kalah mesranya dan dengan posisi masih dipangku kekasihnya dan membelakangi Firza, Nuri tak lepaskan ciuman pacarnya itu.
Jemari nakal Firza mulai meraba-raba payudara Nuri yang masih terbungkus baju sekolah itu dan satu persatu kencing bajunya mulai terbuka hingga sekarang baju sekolah itu terbuka lebar mempertontonkan payudara putih Nuri yang dibalut dengan bra warna krem. Seperti tersihir saja, Nuri sepertinya tidak sadar bahwa sekarang buah dadanya nyaris telanjang.
Merasa mendapatkan lampu hijau, Firza lalu mengarahkan tangannya yang sudah mulai lebih nakal itu kearah punggung Nuri dan melepaskan kaitan bra gadis cantik itu sehingga dengan mudah sekarang Firza dapat menguak bra milik pacarnya itu keatas dan sekarang terlihat sudah payudara Nuri tanpa penutup apapun lagi. Ini adalah kali pertamanya bagi Nuri menunjukkan buah dadanya didepan pemuda yang bukan keluarganya.
Sembari kedua mulut pasangan itu saling berpagutan satu sama lain, tangan Firza keduanya mulai
menjelajahi bukit kembar gadis ini untuk mendapatkan kepuasan sebagai seorang pria. Buah dada ranum milik Nuri diremasnya berulang-ulang hingga kedua putingnya mengeras dan tak hanya itu saja, pemuda ini juga memilin-milin puting Nuri dengan gemasnya hingga sering gadis ini harus menghentikan ciumannya untuk mendesah, entah karena rasa sakit ataupun rasa nikmat yang tiada tara.
“Akhh…Fir, sudah! Aku nggak mau nanti kita kebablasan.” Seru Nuri mencergah tangan Firza yang menyelusupi pahanya dari balik rok seragam abu-abunya.
Namun Firza tak peduli dan menepiskan tangan Nuri yang mencekal tangannya dan langsung mengarahkan kepangkal paha gadisnya itu sehingga menyentuh bagian vital Nuri yang masih terbungkus celana dalam warna putih itu. Bagian vital yang belum pernah dia tunjukkan kepada siapapun juga bahkan kepada kekasihnya yang terdahulu.
Jemari Firza merasakan adanya cairan yang membasahi celana dalam kekasihnya itu. Walaupun masih perawan tetapi Nuri tetaplah seorang gadis normal biasa yang tidak bisa menahan godaan sensasi apabila terus dirangsang habis-habisan oleh pacarnya. Sekarang vagina gadis cantik ini sudah basah akan cairan kewanitaannya sendiri.
Nuri sadar bahwa dia sudah melangkah terlalu jauh dan berusaha untuk membebaskan dirinya dari
rangkulan Firza namun gagal karena Firza sudah tidak dapat lagi melepaskan moment yang ditunggu-
tunggunya selama ini. Dengan setengah memaksa, pemuda ini melepaskan bra dan baju seragam SMU yang dikenakan oleh Nuri dari arah belakang lalu membuangnya jauh-jauh agar tidak dapat direbut lagi oleh Nuri.
Rasa malupun mendera wajah Nuri yang sekarang berubah merah padam melihat dirinya sekarang nyaris telanjang dengan payudara yang menggelantung bebas walaupun dia berusaha menutupinya dengan menyilangkan kedua lengannya tetapi tetap saja pandangan mata liar Firza dapat menembus sela-sela lipatan tangan itu.
“Firza! Apa-apaan kamu ini? Katanya kamu sayang ama aku, kok begini jadinya?” gadis cantik ini mulai meneteskan airmatanya memohon agar Firza mau berhenti dan tidak memaksanya lagi.
“Lha inilah bukti sayangku kepadamu Nur. Aku sayang sama kamu dan aku butuh kamu selalu menjadi milikku selamanya.” Sahut Firza lalu mendekap Nuri dari depan dengan erat.
Berbagai ucapan manis dilontarkan oleh pemuda ini dan akhirnya Nuri luluh juga hatinya dan membuka silangan tangannya hingga sekarang payudara montok itu terlihat kembali.
“Kamu benar-benar sempurna sayang. Buah dadamu benar-benar sangat indah luarbiasa.” Ucap Firza lalu meremas-remas lagi buah dada Nuri dengan mesra dan mulutnya pun tak mau ketinggalan.
Jilatan dan sedotan juga pilinan jemari nakal Firza seolah membuat Nuri terbang keangkasa. Dia yang sebelumnya anti dengan hal semacam ini sekarang menjadi menikmati. Hilang sudah rasa takut dan rasa malunya yang tadi sempat mendera hatinya dan berganti sudah dengan keinginan untuk merasakan kenikmatan total bersama dengan pacarnya sekarang ini.
“Akhh…Firza…ekhhh…” desahan demi desahan Nuri yang seksi itu membahana disekeliling gazebo tanpa takut bahwa akan ada orang yang menyaksikan perbuatan kedua sejoli itu karena memang lokasi itu berada ditengah hutan sementara perkebunan yang berada didekat mereka masih belum waktunya panen sehingga jarang dikunjungi petani.
Tak butuh waktu lama bagi Firza untuk melancarkan aksi susulan. Ketika Nuri masih dibuai dengan kenikmatan cumbuannya terhadap buah dada gadis cantik itu, Firza mengarahkan jemarinya yang sudah terampil itu menelusuri paha Nuri dan mengaitkan jemari kedua tangannya ke celana dalam kekasihnya itu dan menariknya kebawah. Dalam hitungan detik saja, celana dalam Nuri sudah jatuh ketanah. Gadis ini kaget tapi belum sempat dia protes, Firza kembali mencumbu bibirnya sehingga membuat Nuri tak dapat berkata apa-apa lagi.
Sembari menciumi Nuri, salah satu tangan Firza meremas-remas payudaranya sementara tangan yang lain menelusuri vagina gadis cantik ini yang sudah basah kuyup. Sesekali Nuri merintih sakit apabila tusukan jemari Firza terlalu dalam sehingga menyentuh bagian dalam labia minora gadis cantik
ini. “Jangan Fir! Aku masih perawan.” Seru Nuri tapi sekali lagi bujuk rayu Firza nampaknya cukup ampuh untuk membendung penolakan Nuri terhadap perlakuannya itu.
Diturunkan resleting celana abu-abu pemuda ini dan dipelorotkannya kebawah beserta dengan celana dalamnya sendiri dan saat itu juga terpampang dengan jelas dimata Nuri sebuah penis seorang pemuda remaja yang sudah ereksi sedari tadi. Bahkan diujungnya sudah mengeluarkan cairan pelumas siap untuk mengendarai liang kewanitaan gadisnya itu.
“Akh..Firza. Kamu mau apa?” serunya ketika melihat batang kejantanan itu disodorkan kearah Nuri dan memaksa kedua tangan Nuri itu untuk memegangnya. Awalnya agak grogi dan risih juga ketika Nuri menyentuh benda asing milik pria itu namun setelah beberapa saat dia sudah mulai biasa bahkan mulai menuruti kata-kata Firza untuk mengocoknya.
Dengan servis tangan sepertinya Firza masih merasakan kurang puas, lalu dengan sigap dia menarik rok abu-abu milik Nuri kearah atas sehingga vagina gadis itu terlihat olehnya dengan jelas. Bulu-bulu
lembut dan jarang menghiasi vagina gadis cantik ini. Firza lalu mengarahkan batang kejantanannya
kearah lubang kenikmatan itu dengan posisi setengah berdiri sementara tangannya yang lain mendorong tubuh Nuri agar bersandar ke tiang utama gazebo yang berbentuk kotak besar itu.
Pemuda ini menggesek-gesekkan penisnya ke bibir vagina Nuri sehingga sesekali bibir kemaluan gadis cantik itu terbuka dan ketika sudah cukup basah, pemuda ini mendorongkan batang kejantanannya yang berukuran panjang kurang kebih 12cm itu kearah vagina Nuri dan menguak menerobos bibir kemaluan pacarnya tersebut.
“Sakit…aduh..Fir! Hentikan! Sudah! Aku sudah tidak tahan…sakittt…akhh…!” racau Nuri sembari berusaha melepaskan diri dari dekapan Firza namun sia-sia.
Pemuda kekasihnya itu sudah lebih mirip binatang ketika memaksakan penisnya untuk melabrak lubang senggama gadis cantik ini.
“Akhh…sakit! Sudah hentikan! Sakit Fir…” desak Nuri tapi apa daya karena Firza sudah kesetanan dan dengan teganya dia melakukan penetrasi paksa kepada liang vagina yang masih perawan tersebut hingga dalam satu sodokan kasar akhirnya batang kejantanannya sudah berhasil merobek selaput dara Nuri dan membenamkan seluruh penisnya kedalam liang senggama gadis cantik itu.
Seiring dengan lolongan sakit Nuri, benda haram yang tumpul itu telah berhasil terbenam didalam liang kewanitaan dara manis ini.
“Nuri. Kamu benar-benar cantik dan moy abis. Memang rasanya luar biasa kalau ngent*tin cewek secantik kamu.” Ucap Firza yang kemudian tanpa memberikan waktu untuk Nuri mengambil nafas
langsung saja melakukan sodokan-sodokan liarnya memompa liang kewanitaan gadis malang ini.
Nuri menangis tersedu setelah mengetahui dirinya sudah tidak lagi perawan bahkan kekasihnya sepeti
lebih memperdulikan kenikmatan bercintanya dibandingkan perasaannya pacarnnya sendiri.
Selama sepuluh menit, penis Firza menyodoki lubang vagina Nuri tanpa ampun walaupun seringkali gadis cantik ini meminta gar Firza berhenti sejenak karena dia merasakan rasa sakit namun tidak digubris oleh pemuda ini dan terus melakukan pompaannya tanpa lelah.
Tubuh Nuri yang setengah berdiri bersandar di balok kayu besar yang menjadi penyangga utama gazebo itu, terhentak-hentak tiap kali Firza mempercepat goyangan pinggulnya dan sekarang tubuh molek gadis cantik ini seolah tak bernyawa saja. Payudaranya yang berulang kali diciumi Firza secara kasar sudah mulai memerah karena perlakuan kasar kekasihnya itu.
Tak ada lagi desahan kenikmatan, yang ada hanyalah rintihan tiap kali Firza melakukan sodokan kasar kepadanya. Dirinya diperlakukan Firza tak ubahnya seperti barang atau benda mati yang hanya dibutuhkan vaginanya sebagai alat pemuas nafsu pemuda ini saja.
“Nuri! Akh…sayang…akh…” seru Firza yang lalu mengejang tubuhnya.
Sperma miliknya membasahi liang senggama Nuri dan menetes keluar seiring dengan saat dia mencabut batag kejantanannya tersebut dari vagina kekasihnya itu.
“Kamu benar-benar memuaskan Nuri. Kapan-kapan lagi yah. Sekarang kamu khan sudah nggak perawan jadi kalo mau bercinta berapa kali tidak apa-apa.” Ucapnya sembari membelai rambut panjang kekasihnya yang masih terduduk lemas itu.
Nuri hanya diam saja, dia tahu kalau belaian itu adalah tipuan, tapi walau begitu dia masih berharap bahwa ini hanyalah mimpi atau setidaknya dia ingin agar Firza tidak meninggalkannya.
Akhirnya setelah bermesraan selama satu setengah jam lebih, mereka berdua berboncengan kembali kerumah masing-masing. Nuri yang baru saja kehilangan keperawanannya menjadi susah untuk berjalan karena jalannya menjadi agak ngangkang akibat perlakuan kasar dari Firza pada vagina yang selam ini dijaganya dengan hati-hati. Yang tersisa sekarang hanyalah gazebo tua yang menjadi saksi percintaan mereka berdua yang dibangkunya tercecer noda darah perawan seorang Nuri dan sperma milik Firza.
Tapi sebenarnya ada satu lagi saksi mata, yaitu sepasang mata yang sedari siang tadi memperhatikan gerak-gerik mereka dengan penuh perasaan cemburu sekaligus dendam. Sepasang mata milik seorang anak SMU yang juga menyukai Nuri tetapi ditolaknya dengan mentah-mentah waktu melamarnya. Seseorang yang bernama Andrian. Pemuda yang nantinya akan berperan penting dalam kehidupannya tanpa dia sadari.
0 Response to "Nuri Pacarku Sewaktu SMU Yang Masih Perawan"
Posting Komentar